KESAKSIAN
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
Dua tahun telah berlalu sejauh ini dan Tuhan telah menolong dan mendisplinkan aku. Sebelum itu aku hanyalah seorang manusia yang terikat oleh kejahatan dan terpuruk di lubangnya yang paling dalam.
Sejak kecil aku sudah menderita karena kejahatan karena aku dilecehkan secara seksual. Lebih-lebih aku tumbuh pada masa perang dan negaraku, Lebanon, mulai ambruk. Aku pun ambruk juga. Dulu di rumah aku merasa sangat kesepian, tidak spesial, dan aneh. Di usia 4 tahun aku kehilangan ayahku dan aku tidak sempat mengenalnya dengan baik. Betapa sering aku dulu tidur di tempat tidurnya dan berharap dia datang dan memelukku, berharap aku bisa menangis dan mencurahkan ketakutan, kengerian, dan kegelisahan yang kurasakan akan tubuhku yang sudah tercemar. Betapa aku butuh mencurahkan pikiran aku yang terganggu karena aku tidak mengerti situasi aku waktu itu.
0 Comments
Becket Cook sedang meminum sampanye di sebuah pesta setelah Fashion Week di Paris saat sebuah pikiran terbesit: "Inikah yang akan saya lakukan di sisa kehidupan saya?" Dia melihat sekelilingnya yang penuh dengan orang-orang yang rupawan bercipika cipiki dan kemudian dia tiba-tiba merasa sendirian, ketakutan, dan kosong. Dia pun meninggalkan pesta itu lebih awal.
Sebagai seorang desainer produksi Hollywood, Becket memiliki gaya hidup yang kebanyakan orang hanya bisa baca di tabloid-tabloid gosip. Dia menerima undangan ke pemutaran perdana film dan acara-acara berkelas seperti Oscar dan Golden Globe. Dia bersosialisasi di pesta-pesta elit dan makan siang di rumah para selebriti papan atas. Namun semua kemeriahan dan kegemerlapan itu mulai kehilangan daya tariknya. Sebagai seorang ateis gay, Becket yang dibesarkan secara Katolik di Texas cukup tahu bahwa Tuhan dan prilaku homoseks tidak cocok dan baginya meninggalkan jati dirinya sebagai seorang homoseks itu adalah hal yang mustahil dan tidak alamiah. Dulu saya sangat memegang kepercayaan bahwa saya telah 'dilahirkan seperti itu dan tidak bisa berubah' dan oleh karenanya, saya pun siap untuk bunuh diri. Di usia 28 tahun saya merasa buntu. Saya tidak bisa berhubungan secara nyata dengan Tuhan saya dan saya hanya bisa melihat satu pilihan saja selain itu. Masa depan sendirian sebagai seorang lesbian dan peminum nampak kelam bagi saya.
Saat saya berusia 20 tahun, saya mengikuti orientasi seks saya dan meninggalkan iman saya. Beberapa tahun pertama saya merasa nyaman dengan jati diri saya sebagai lesbian dan saya sangat terbuka tentant itu. Namun, saya sadar bahwa saya telah kehilangan hubungan saya dengan Tuhan yang dulu pernah dekat. Saat itu saya merasa doa saya tidak sampai ke Tuhan. Hubungan lesbian pertama saya terasa begitu intensif dan obsesif sehingga saya pikir saya telah menemukan "belahan jiwa" saya. Tidak pernah sebelumnya saya merasakan hubungan yang begitu mengikat dengan orang lain. Dia menjadi lebih penting dari niatan saya untuk hidup sebagai orang percaya, meskipun saya memiliki cukup bukti bahwa Tuhan ada dan Alkitab adalah firman-Nya. Saya pun menjadi bingung saat saya mencoba mengerti apa yang saya kira sebagai kekejaman Tuhan yang menciptakan saya sebagai lesbian namun menghukum saya dengan penolakan karena itu Saya sadar saya tertarik kepada sesama jenis di awal usia 20 tahunan. Gampangnya, saya pikir tadinya saya menunggu-nunggu perempuan yang tepat dan suatu hari saya sadar saya sebenarnya menunggu-nunggu laki-laki yang tepat. Alasan kenapa saya seorang Kristen adalah karena pertama mengikut Yesus telah mengubahkan hidup saya. Hidup saya menjadi lebih menggairahkan dan nyata. Kedua karena saya percaya bahwa ada cukup bukti untuk percaya bahwa Yesus telah benar-benar bangkit dan itu adalah hal yang PALING penting yang pernah terjadi dalam sejarah.
Kita sepertinya punya gagasan aneh bahwa orientasi seksual menentukan jati diri seksual kita. Saat saya memulai perjalanan saya dan menerima kenyataan bahwa saya memiliki ketertarikan sejenis, saya membuat komitment untuk melajang dan saya mulai menyelidiki apa artinya untuk menjadi seorang Kristen dengan ketertarikan sejenis dan apa jati diri seksual saya. Saya pun mulai membaca Alkitab dan menyadari bahwa Alkitab tidak berbicara soal 'belok' (gay) atau 'lurus'. Alkitab hanya berbicara soal pria dan wanita. Jadi saya sadar bahwa saya sedang membatasi diri saya dengan menyebut diri saya sebagai gay. Saya membatasi apa yang Tuhan sebenarnya bisa lakukan. Jadi saya pun berhenti melihat diri saya sebagai gay atau homoseks. Saya hanya mulai melihat diri saya sebagai seorang pria dan sebagai seorang pria menurut pembacaan Alkitab saya, saya punya dua pilihan antara untuk melajang atau menikah. Saya pun tadinya memutuskan untuk tetap melajang sampai Tuhan membawa seseorang ke dalam hidup saya. Saya tidak pernah mengerti mengapa hidup saya selalu tertuju kepada penderitaan, kesakitan, dan kegundahan. Ini bukanlah jalan yang saya pilih, jalan yang membuat saya terus menangis. Hidup sangatlah sulit untuk dijalani. Saya hidup dari penampilan saya di atas panggung diskotek, di mana saya menunggu para penonton menyoraki saya. Sekian lama saya tidak tahu arti kata “tidur”.
Saya menjadi budak dari obat-obatan, dan harus lari untuk menghindari kematian. Itulah hidup saya. Saya bahkan tidak bisa melihat ibu saya menangis dalam kegelisahan, karena ia selalu berpikir bahwa saya bisa mati kapan saja karena hidup saya yang berbahaya. Orang tua saya benar-benar ingin memegang teguh budaya Cina kami. Jadi walaupun kami di Amerika, kami tetap berbeda. Meskipun saya lahir di Amerika, saya selalu merasa berbeda dari teman-teman Amerika saya.
Anak-anak selalu kejam dan mereka suka mengejek anak-anak lain yang berbeda. Waktu kecil, saya pendek untuk seusia saya. Saya main piano dan belajar dengan keras di sekolah. Saya tidak begitu pandai dalam olahraga seperti anak-anak laki lainnya. Saya lebih pendek. Saya pakai kaca mata. Jadi, saya dikatain "si mata empat" dan mereka mengejek saya mungkin karena saya agak kewanita-wanitaan dan lebih suka seni. Saat saya berusaha 9 tahun, saya melihat film porno di rumah teman saya dan saya mulai berpikir bahwa saya berbeda. Film yang saya lihat telah membangkitkan sesuatu di dalam diri saya yang tidak saya sadari ada dalam diri saya. Saya perhatikan saya tertarik oleh gambar pria dan wanita. Saya pun memutuskan untuk merahasiakan perasaan ini dengan harapan itu akan hilang dengans sendirinya tetapi ternyata tidak demikian. Semua perasaan ini terus muncul dan saya menekannya hingga suatu saat saya tidak bisa lagi. Di usia 20 tahun saya mulai mendatangi bar gay. Saya menyembunyikan ini dari orang tua dan teman-teman saya. Saya pun semakin aktif secara seksual. Pelecehan seksual, pornografi, seks bebas, depresi, pikiran bunuh diri, ketertarikan sesama jenis yang tidak diinginkan, sayakan akan membicarakan semua ini karena itulah hidup saya dulu.
Nama saya Carlos Catari dan saya orang Venezuela. Usia saya 32 tahun tetapi sekarang saya tinggal di Kanada. Dari usia 5 hingga 12 tahun saya mengalami pelecehan seksual. Jadi dari sejak kecil saya memiliki kecendrungan hiperseks. Yang saya pikirkan hanyalah seks. Itu saja yang saya cari-cari. Bahkan dia usia 15 tahun saya sudah menyukai prostitusi. Suatu saat saya pun memutuskan untuk berbicara dengan kakak saya tentang kehidupan saya dan juga untuk mengatakan kepada dia bahwa saya gay. Dia tidak bisa menerima itu. Dia bahkan tidak bisa mengerti itu. Jadi dia berbiara dengan ibu dan ibu pun datang kepada saya dengan menangis dan menanyakan sesuatu yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Katanya, "Carlos bagaimana jika kamu tidak pernah mengalami pelecehan seksual? Apakah kamu akan tetapi menjadi gay?" Dan saya pun terheran. Saya tidak berpikir ke situ sebelumnya. Pertanyaan ini pun terus menghantui saya sejak saat itu. Saya pikir itu ada benarnya juga tetapi saat itu saya sudah terlanjur gay. Saya bilang kepada ibu saya, "Dengar, saya ini gay." Namun dia tetap saja membuat janji dengan seorang psikolog. Dari pertemuan pertama dengan psikolog tersebut saya mengerti bahwa apa yang telah terjadi pada saya itu bukan salah saya. Sebelumnya saya pikir itu salah saya. Dia juga mengatakan sesuatu yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Katanya, "Carlos, baik gay maupun hetero, biarlah ini jadi keputusan kamu dan bukan keputusan yang orang lain buat di masa lalumu." Saya menyukai itu. Saya menyukai gagasan bahwa saya bisa memutuskan hidup saya. |
Archives
August 2020
Categories
All
|
Not The Same Love is a book about God's redeeming love over homosexuality
Pas Le Même Amour est un livre sur l’amour de Dieu qui nous libère de l’homosexualité
Bukan Cinta Sejenis adalah sebuah buku tentang cinta Tuhan yang membebaskan kita dari homoseks
Il Vero Amore è un libro sull'amore di Dio che ci libera dall'omosessualità