KESAKSIAN
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
Banyak transjender yang menyesalkan apa yang mereka lakukan terhadap tubuh dan jiwa mereka. Beberapa memohon kepada yang lain agar tidak melakukan kesalahan yang sama.
Robert Wenman sudah hidup "sepenuhnya" sebagai seorang wanita transjender di Ontario Canada selama 4 tahun ketika seorang petugas polisi bertanya kepadanya, "Kamu sudah mendapatkan semua hak-hak legal sekarang. Kenapa kamu masih tidak menikmati hidup sebagai seorang wanita?" Pertanyaan ini membuat mantan aktifis LGBT gagu. Dia di situ untuk melatih sekelompok petugas hukum tentang hak-hak transjender, tetapi dia tidak bisa menjawab pertanyaan yang mendasar: Kenapa? Kenapa dia masih berkampanye, masih bergumul?
0 Comments
Pengalaman saya akan ketertarikan sejenis dimulai sangat dini. Saya tidak tahu istilah untuk hal itu. Saya tidak mengerti apa yang saya rasakan. Saya ingat pada saat di lapangan sekolah anak-anak bermain kiss-chase (cium-kejar), entah kenapa saya ingin mengejar anak laki-laki. Perasaan itu tinggal di dalam saya dan saya tidak pernah mengerti. Saat mulai pubertas, tiba-tiba saya menjadi sadar akan suatu istilah yang saya pikir menggambarkan apa yang saya rasakan. Usia saya 14 tahun saat saya pertama kali melakukan hubungan badan dengan seorang teman. Itu kemudian membawa saya benar-benar masuk dalam kehidupan gay. Saya tinggal dalam komunitas gay selama lebih dari 20 tahun dan mengakui sepenuhnya diri sebagai seorang homoseks. Selama waktu itu saya telah mengalami berbagai pengalaman dari komunitas gay. Saya menghadiri pawai gay. Saya lantang secara politik dalam hal hak-hak saya sebagai apa yang tadinya saya pikir adalah jati diri saya. Saya berada dalam suatu hubungan selama lebih dari 12 tahun.
"Saya tidak tahu bagaimana menyikapi perhatian dari para laki-laki," kata Charlene Cothran. "Pada usia sembilan tahun saya tergolong tinggi dan tubuh saya sudah berkembang."
Orang tuanya bercerai saat dia berusia tiga tahun dan hilangnya sosok ayah dalam hidupnya membuat dia lapar akan perhatian dari lawan jenis. "Saya ingin supaya seorang laki-laki menyukai saya." Tetapi dia mendapati bahwa kebanyakan laki-laki hanya mau memanfaatkannya dan itu membuatnya jijik. "Saya tidak mau lagi semua itu," tutur Charlene. Dia pun menutup hatinya untuk laki-laki pada usia 14 tahun dan jatuh ke dalam perangkap lesbianisme yang baginya adalah "alternatif yang aman". Dengan melakukan hal itu, dia pun menjauh dari iman Kristen yang dia kenal semasa pertumbuhan. "Saya mempelajari Alkitab; Saya belajar tentang Kristus dan salib dan kuasa pembebasan. Saya tadinya mempercayainya." Dia sempat menjadi seorang pemimpin muda-mudi di gerejanya. |
Archives
August 2020
Categories
All
|
Not The Same Love is a book about God's redeeming love over homosexuality
Pas Le Même Amour est un livre sur l’amour de Dieu qui nous libère de l’homosexualité
Bukan Cinta Sejenis adalah sebuah buku tentang cinta Tuhan yang membebaskan kita dari homoseks
Il Vero Amore è un libro sull'amore di Dio che ci libera dall'omosessualità