KESAKSIAN
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
Banyak transjender yang menyesalkan apa yang mereka lakukan terhadap tubuh dan jiwa mereka. Beberapa memohon kepada yang lain agar tidak melakukan kesalahan yang sama.
Robert Wenman sudah hidup "sepenuhnya" sebagai seorang wanita transjender di Ontario Canada selama 4 tahun ketika seorang petugas polisi bertanya kepadanya, "Kamu sudah mendapatkan semua hak-hak legal sekarang. Kenapa kamu masih tidak menikmati hidup sebagai seorang wanita?" Pertanyaan ini membuat mantan aktifis LGBT gagu. Dia di situ untuk melatih sekelompok petugas hukum tentang hak-hak transjender, tetapi dia tidak bisa menjawab pertanyaan yang mendasar: Kenapa? Kenapa dia masih berkampanye, masih bergumul?
0 Comments
Saya menjual jiwa saya kepada "tuhannya dunia ini". Dia memiliki wajah malaikat. Dia bilang saya bisa memiliki semuanya. Saya menukarkan kebenaran untuk kebohongan. Saya mengikuti hati saya yang licik. Saya dinobatkan sebagai pangeran, berpakaian Burberry dan terbang ke New York, Los Angeles, dan Miami. Musik diskonya memikat. Saya merayu para selebriti. Saya diantar ke depan melewati antrian yang panjang dan memasuki pintu-pintu klub ekslusif.
Pada 11 September 2001, saya bangun dari pingsan karena mabuk dan menyalakan TV. Saya langsung mulai menangis. Itu mengingatkan saya bahwa Tuhan akan datang untuk penghakiman (Matius 24:37-39). Saya sangat ketakutan karena saya tidak memiliki damai. Untuk pekerjaan saya pindah dari Pittsburgh ke Boston ke Washington, DC, dan kemudian kembali ke Pittsburgh. Kehidupan gay saya memuncak di kota-kota besar dan berkurang di Pittsburgh di mana kehidupan gay tidak begitu menganggu. Saya sendirian dengan pikiran saya. Saya menjauhkan keluarga yang tidak mendukung gaya hidup saya dengan mengutuki dan berteriak pada mereka. Suatu hari di Facebook orang-orang Kristen mengatakan pada saya bahwa saya perlu bertobat. Saya menyerang mereka dengan garang. Saya membenci gereja. Waktu saya kecil, saya dilecehkan secara seksual dan dianiaya selama beberapa tahun oleh beberapa pria lebih tua. Itu semua dimulai saat saya berusia 6 tahun dan ayah saya meninggalkan ibu saya dan saya di saat yang bersamaan. Saat itulah saya mulai merasakan ketertarikan sejenis. Ketika saya lebih besar, saya terlibat dengan pria homoseks dan biseks. Di usia 16 tahun saya beranggapan diri saya adalah seorang perempuan dan mulai berpakaian seperti perempuan. Di usia 35 tahun, saya bertemu dengan seorang yang saya pikir tadinya seorang wanita. Kami banyak menghabiskan waktu bersama. Beberapa bulan kemudian saya dalam perjalanan menjadi seorang wanita transjender. Seperti teman-teman saya, saya menghadiri kelompok pendukung yang menolong saya untuk menjadi siap secara psikologis untuk perubahan dari pria ke wanita.
Waktu berlalu dan saya bahagia dengan perubahan yang ada. Kepribadian saya pun berubah. Namun, seiring berjalannya waktu, saya menjadi depresi. Saya tidak bisa bahagia. Hubungan-hubungan saya tidak memuaskan. Semua itu sia-sia. Di suatu saat, saya begitu depresi dan kesepian sehingga saya berpikiran untuk bunuh diri. Kemudian saya jatuh sakit parah dengan Hepatitis C dan sirosis hati karena gaya hidup saya. Para dokter bilang tidak ada yang mereka bisa lakukan untuk menolong saya. Di saat inilah saya merasakan kepahitan dan kemarahan terhadap Tuhan karena saya telah meminta-Nya untuk menghilangkan ketertarikan sejenis dari hidup saya tetapi itu tidak pernah terjadi. Dulu saya sangat memegang kepercayaan bahwa saya telah 'dilahirkan seperti itu dan tidak bisa berubah' dan oleh karenanya, saya pun siap untuk bunuh diri. Di usia 28 tahun saya merasa buntu. Saya tidak bisa berhubungan secara nyata dengan Tuhan saya dan saya hanya bisa melihat satu pilihan saja selain itu. Masa depan sendirian sebagai seorang lesbian dan peminum nampak kelam bagi saya.
Saat saya berusia 20 tahun, saya mengikuti orientasi seks saya dan meninggalkan iman saya. Beberapa tahun pertama saya merasa nyaman dengan jati diri saya sebagai lesbian dan saya sangat terbuka tentant itu. Namun, saya sadar bahwa saya telah kehilangan hubungan saya dengan Tuhan yang dulu pernah dekat. Saat itu saya merasa doa saya tidak sampai ke Tuhan. Hubungan lesbian pertama saya terasa begitu intensif dan obsesif sehingga saya pikir saya telah menemukan "belahan jiwa" saya. Tidak pernah sebelumnya saya merasakan hubungan yang begitu mengikat dengan orang lain. Dia menjadi lebih penting dari niatan saya untuk hidup sebagai orang percaya, meskipun saya memiliki cukup bukti bahwa Tuhan ada dan Alkitab adalah firman-Nya. Saya pun menjadi bingung saat saya mencoba mengerti apa yang saya kira sebagai kekejaman Tuhan yang menciptakan saya sebagai lesbian namun menghukum saya dengan penolakan karena itu Pelecehan seksual, pornografi, seks bebas, depresi, pikiran bunuh diri, ketertarikan sesama jenis yang tidak diinginkan, sayakan akan membicarakan semua ini karena itulah hidup saya dulu.
Nama saya Carlos Catari dan saya orang Venezuela. Usia saya 32 tahun tetapi sekarang saya tinggal di Kanada. Dari usia 5 hingga 12 tahun saya mengalami pelecehan seksual. Jadi dari sejak kecil saya memiliki kecendrungan hiperseks. Yang saya pikirkan hanyalah seks. Itu saja yang saya cari-cari. Bahkan dia usia 15 tahun saya sudah menyukai prostitusi. Suatu saat saya pun memutuskan untuk berbicara dengan kakak saya tentang kehidupan saya dan juga untuk mengatakan kepada dia bahwa saya gay. Dia tidak bisa menerima itu. Dia bahkan tidak bisa mengerti itu. Jadi dia berbiara dengan ibu dan ibu pun datang kepada saya dengan menangis dan menanyakan sesuatu yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Katanya, "Carlos bagaimana jika kamu tidak pernah mengalami pelecehan seksual? Apakah kamu akan tetapi menjadi gay?" Dan saya pun terheran. Saya tidak berpikir ke situ sebelumnya. Pertanyaan ini pun terus menghantui saya sejak saat itu. Saya pikir itu ada benarnya juga tetapi saat itu saya sudah terlanjur gay. Saya bilang kepada ibu saya, "Dengar, saya ini gay." Namun dia tetap saja membuat janji dengan seorang psikolog. Dari pertemuan pertama dengan psikolog tersebut saya mengerti bahwa apa yang telah terjadi pada saya itu bukan salah saya. Sebelumnya saya pikir itu salah saya. Dia juga mengatakan sesuatu yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Katanya, "Carlos, baik gay maupun hetero, biarlah ini jadi keputusan kamu dan bukan keputusan yang orang lain buat di masa lalumu." Saya menyukai itu. Saya menyukai gagasan bahwa saya bisa memutuskan hidup saya. Tetapi apabila pernah dikatakan: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman" Ibrani 3:15
Sekarang ini karena pesan yang akan saya sampaikan kepada kamu, begitu banyak orang telah dianiaya, diusir, dan dibunuh. Kebanyakan bersembunyi karena Dia. Padahal Dia adalah kebenaran dan hidup. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Yohanes 1:10 Dulu saya memiliki kecanduan-kecanduan yang berbahaya. Saya kecanduan seks dan saya juga ada kelainan mental dan pola makan yang buruk. Saya juga sering berpikir untuk bunuh diri. Hidup saya dulu adalah sebuah neraka... tetapi neraka itu tidak lagi bisa menahan saya sekarang. ...Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Matius 16:18 Dunia, masyarakat meyakinkan saya bahwa yang saya alami itu normal dan jika apa yang baru saya katakan tentang neraka yang saya alami mengagetkanmu, ketahuilah banyak orang yang mengalaminya dan menerimanya sebagai sesuatu yang normal, dan bahkan didukung oleh pemerintah. Apa yang saya alami dan apa yang mungkin kamu alami sekarang ini jauh dari normal. Kamu tidak diciptakan untuk itu. Dan jika kamu memutuskan untuk mengabaikan pesan yang saya baru sampaikan kepadamu, pesan itu bisa berlalu dari hidupmu. Saya dibesarkan di keluarga Kristen. Namun, waktu saya kecil kami belum sungguh-sungguh mengikut Yesus. Hidup kami tidak berpusat kepada Krstus. Waktu kecil saya sering dipukuli dan merasa tertolak sehingga saya membenci diri sendiri dan mencoba membunuh diri beberapa kali tetapi Tuhan begitu baik sehingga Dia menggagalkan rencana saya untuk bunuh diri. Semenjak kecil, saya selalu merasa berbeda dan tertarik kepada sesama jenis. Saya merasa kurang laki-laki. Saya pun mencoba mengusir ketertarikan ini dengan berdoa dan mencoba untuk berubah menjadi hetero berkali-kali namun selalu gagal. Jadi akhirnya saya percaya pada dusta bahwa itulah diri saya sesungguhnya. Akhirnya saya memutuskan untuk merangkul ketertarikan sesama jenis ini dan saya pun meninggalkan iman saya karena saya tahu kita tidak bisa mengikut Tuhan dan hidup dalam dosa pada saat yang bersamaan. Pada akhirnya saya benar-benar lupa akan Tuhan. Saat itu bagi saya Tuhan tidak ada dan setelah kematian hanyalah kehampaan. Akhirnya saya pun bisa melakukan semua yang saya ingini: bernafsu kepada sesama jenis, menonton film porno, masturbasi, dsb. Saya pun kecanduan terhadap banyak hal, termasuk video game. Walaupun saya telah hidup semau saya, saya tidak pernah merasa terpuaskan. Ada kekosongan di dalam diri saya.
|
Archives
August 2020
Categories
All
|
Not The Same Love is a book about God's redeeming love over homosexuality
Pas Le Même Amour est un livre sur l’amour de Dieu qui nous libère de l’homosexualité
Bukan Cinta Sejenis adalah sebuah buku tentang cinta Tuhan yang membebaskan kita dari homoseks
Il Vero Amore è un libro sull'amore di Dio che ci libera dall'omosessualità