KESAKSIAN
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
Awal Mula
Michael Edward Ukus adalah nama saya. Maksud dari saya menulis riwayat kehidupan saya untuk membuktikan bahwa Tuhan sungguh ada dan penyertaanNya dalam hidup saya tidak pernah berhenti. Saya adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kami sekeluarga tinggal di Manado. Setelah masuk universitas Kristen di Manado untuk belajar teologi, orang tua kami ternyata sudah diambang perceraian. Tiba-tiba kami menerima surat dari pengadilan bahwa kami harus menghadiri sidang pereraian orang tua kami. Jujur hati kami sebagai anak sangat sedih mendengar berita ini. Ayah saya menghilang sehingga mama kami harus berjuang mencari nafkah untuk bisa membiayai segala kebutuhan kami. Dan kami sangat sedih karena melihat perjuangan mama yang seringkali membuat dia sakit bahkan jatuh pingsan karena kelelahan. Dan peristiwa ini yg membuat saya secara pribadi hancur dan tidak sanggup lagi melanjutkan perkuliahan saya. Menurut saya tidak ada gunanya lagi saya lanjutkan kuliah teologia ini kalau orang tua saya bercerai. Akhirnya saya tidak lagi ada semangat untuk belajar dan tidak pernah lagi mengikuti kegiatan-kegiatan kerohanian di tempat saya kuliah. Dan di kesempatan itulah Iblis mengambil keuntungan.
0 Comments
Banyak transjender yang menyesalkan apa yang mereka lakukan terhadap tubuh dan jiwa mereka. Beberapa memohon kepada yang lain agar tidak melakukan kesalahan yang sama.
Robert Wenman sudah hidup "sepenuhnya" sebagai seorang wanita transjender di Ontario Canada selama 4 tahun ketika seorang petugas polisi bertanya kepadanya, "Kamu sudah mendapatkan semua hak-hak legal sekarang. Kenapa kamu masih tidak menikmati hidup sebagai seorang wanita?" Pertanyaan ini membuat mantan aktifis LGBT gagu. Dia di situ untuk melatih sekelompok petugas hukum tentang hak-hak transjender, tetapi dia tidak bisa menjawab pertanyaan yang mendasar: Kenapa? Kenapa dia masih berkampanye, masih bergumul? Waktu saya kecil, saya dilecehkan secara seksual dan dianiaya selama beberapa tahun oleh beberapa pria lebih tua. Itu semua dimulai saat saya berusia 6 tahun dan ayah saya meninggalkan ibu saya dan saya di saat yang bersamaan. Saat itulah saya mulai merasakan ketertarikan sejenis. Ketika saya lebih besar, saya terlibat dengan pria homoseks dan biseks. Di usia 16 tahun saya beranggapan diri saya adalah seorang perempuan dan mulai berpakaian seperti perempuan. Di usia 35 tahun, saya bertemu dengan seorang yang saya pikir tadinya seorang wanita. Kami banyak menghabiskan waktu bersama. Beberapa bulan kemudian saya dalam perjalanan menjadi seorang wanita transjender. Seperti teman-teman saya, saya menghadiri kelompok pendukung yang menolong saya untuk menjadi siap secara psikologis untuk perubahan dari pria ke wanita.
Waktu berlalu dan saya bahagia dengan perubahan yang ada. Kepribadian saya pun berubah. Namun, seiring berjalannya waktu, saya menjadi depresi. Saya tidak bisa bahagia. Hubungan-hubungan saya tidak memuaskan. Semua itu sia-sia. Di suatu saat, saya begitu depresi dan kesepian sehingga saya berpikiran untuk bunuh diri. Kemudian saya jatuh sakit parah dengan Hepatitis C dan sirosis hati karena gaya hidup saya. Para dokter bilang tidak ada yang mereka bisa lakukan untuk menolong saya. Di saat inilah saya merasakan kepahitan dan kemarahan terhadap Tuhan karena saya telah meminta-Nya untuk menghilangkan ketertarikan sejenis dari hidup saya tetapi itu tidak pernah terjadi. Saya tidak pernah mengerti mengapa hidup saya selalu tertuju kepada penderitaan, kesakitan, dan kegundahan. Ini bukanlah jalan yang saya pilih, jalan yang membuat saya terus menangis. Hidup sangatlah sulit untuk dijalani. Saya hidup dari penampilan saya di atas panggung diskotek, di mana saya menunggu para penonton menyoraki saya. Sekian lama saya tidak tahu arti kata “tidur”.
Saya menjadi budak dari obat-obatan, dan harus lari untuk menghindari kematian. Itulah hidup saya. Saya bahkan tidak bisa melihat ibu saya menangis dalam kegelisahan, karena ia selalu berpikir bahwa saya bisa mati kapan saja karena hidup saya yang berbahaya. Saya terlahir di keluarga katolik. Orang tua saya adalah katolik yang taat sehingga dari kecil saya sudah diajarkan ajaran-ajaran katolik seperti ikut misa, bersyukur, rendah hati... Saya sekolah di sekolah katolik sejak TK. Waktu kecil, saya berbeda dari yang lainnnya, kewanita-wanitaan, sehingga orang banyak berkomentar. Apalagi kebanyakan teman saya perempuan dan idola saya Sailormoon, Kimberley dari Power Rangers (Ranger Pink, saya ingin menjadi dia). Kemudian komentar ini menjadi ejekan, dimulai dengan "pretty boy", kemudian banci, homo, dsb. Itu mempengaruhi percaya diri saya. Saya menjadi semakin pemalu dan memendam semua di dalam hati. Perlakuan dari teman-teman saya bertambah parah saat SMP karena saya ke sekolah khusus laki-laki. Tidak hanya mereka mengejek saya tapi mereka bahkan menjauhi saya. Saya kesulitan menerima diri sebagai laki-laki. Saya selalu merasa tidak nyaman dengan tubuh saya sendiri dan saya sulit berteman.
|
Archives
August 2020
Categories
All
|
Not The Same Love is a book about God's redeeming love over homosexuality
Pas Le Même Amour est un livre sur l’amour de Dieu qui nous libère de l’homosexualité
Bukan Cinta Sejenis adalah sebuah buku tentang cinta Tuhan yang membebaskan kita dari homoseks
Il Vero Amore è un libro sull'amore di Dio che ci libera dall'omosessualità