KESAKSIAN
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
Banyak transjender yang menyesalkan apa yang mereka lakukan terhadap tubuh dan jiwa mereka. Beberapa memohon kepada yang lain agar tidak melakukan kesalahan yang sama. Robert Wenman sudah hidup "sepenuhnya" sebagai seorang wanita transjender di Ontario Canada selama 4 tahun ketika seorang petugas polisi bertanya kepadanya, "Kamu sudah mendapatkan semua hak-hak legal sekarang. Kenapa kamu masih tidak menikmati hidup sebagai seorang wanita?" Pertanyaan ini membuat mantan aktifis LGBT gagu. Dia di situ untuk melatih sekelompok petugas hukum tentang hak-hak transjender, tetapi dia tidak bisa menjawab pertanyaan yang mendasar: Kenapa? Kenapa dia masih berkampanye, masih bergumul? Lagi pula, sistem layanan kesehatan Kanada lah yang membayar operasi kelaminnya dan masa istirahat 10 hari lamanya setelah operasi. Pengadilan juga telah mengganti catatan kelahirannya dari Robert John menjadi Rebecca Jean. Dia memiliki pekerjaan yang mapan di Canada Post dengan akses penuh untuk fasilitas perempuan dan keluarganya menerimanya. Wencam bisa dibilang adala contoh sempurna akan waria yang berhasil -jadi kenapa, dia bertanya-tanya, dia masih merasa terus bergumul dengan sesuatu? Selama berhari-hari, Wenman memikirkan pertanyaan tersebut dan memikirkan tentang berbagai cara dia menyalahkan "masyarakat yang tidak toleran" untuk "kehancuran jiwa-jiwa kita". Namun semakin dia menerawang hatinya, semakin jelas kenyataan pahit yang harus dia akui: Dia berkata dia bergumul untuk hak-hak transjender tetapi sebenarnya dia sedang bergumul di dalam hatinya. "Selama ini saya mencoba membetulkan hal-hal di luarnya saja tanpa membetulkan yang di dalam," ujarnya. Ide bahwa ada sesuatu di dalam diri transjender yang perlu dibetulkan sangat dikutuk oleh media-meida besar. Time menebut hak transjender sebagai "perjuangan hak sipil Amerika berikutnya". The New York Times mendukung, menurut kata-kata mereka sendiri, dengan "kekuatan penuh" perjuangan transjender dengan mantan editor Times Andrew Rosenthal menyebut mereka yang mempertanyakan pergerakan transjender sebagai "orang bodoh dan bebal". Tahun ini, National Geographic ikut juga dalam perjuangan transjender dengan mendedikasikan edisi pertamanya kepada "revolusi jender" yang sedang mencuat. Namun, yang tidak ditampilkan dalam cerita-cerita ini adalah ratapan hening orang-orang yang sekarang melihat pengalaman transjender mereka sebagai mutilasi psikologis dan fisik. Walt Heyer, mantan waria yang berumur 76 tahun yang secara terbuka membicarakan penyesalannya, berkata bahwa dia menerima e-mail secara teratur dari pria dan wanita transjender yang putus asa yang menemukan dia melalui websitenya sexchangeregret.com. Banyak dari mereka yang telah mengalami operasi yang permanen dan sekarang menyesalinya. Mereka menulis kepadanya merasa ketakutan dan tak berdaya: Apa yang saya harus lakukan sekarang? Saya merasa seperti mau mati. Heyer mengatakan bahwa setiap orang yang menghubungi dia menyatakan ada masa kecil yang traumatis dan luka batin. Cerita mereka yang memedihkan serupa dengan pengalaman Heyer sendiri yaitu "transjenderisme adalah sebuah istilah yang memayungi sekelompok gangguan mental yang belum diobati". Dan konsekuensinya sangat menghancurkan.: Menurut penelitian, tingkat bunuh diri di antara transjender dewasa yang telah melakukan terapi horman dan mengalami operasi adalah 20 kali lebih tinggi. Sementara penelitian tahun 2014 mendapatkan bahwa 63% pasien yang didiagnosa dengan gender dysphoria (kondisi di mana pasien merasa bermasalah dengan jenis kelaminnnya) memiliki minimal satu gangguan mental yang muncul bersamaan dan 33% memiliki beberapa gangguan depresi mendalam. Saat seorang psikiater memberitahu Robert Wenman bahwa dia memiliki gender dysphoria dan menasihatinya untuk berubah menjadi wanita, setiap bagian hidupnya yang lepas seperti menyatu, "Ya! Itu dia: Saya sebenarnya seorang wanita dalam tubuh pria!" Wenman dari dulu adalah anak yang pemalu dan kesepian yang suka berdansa shimmy dengan stoking, korset, dan gaun ibunya dalam kegelapan tersembunyi lemari dinding kamarnya. Semakin dia berpakaian wanita, semakin "tumbuh kecanduan yang membesarkan sebuah monster". Sebagai seorang dewasa, dia melewati masa-masa bulemia (makan kemudian dimuntahkan): belanja pakaian wanita besar-besaran untuk berparade di rumah, kemudian membuang itu semua karena malu dan siklusnya pun berulang. Jadi di tahun 1991 saat seorang ahli transjender mengatakannya untuk berubah menjadi seorang wanita, Wenman berpikir bahwa itu akan memecahkan segala masalahnya. Dia pun berterus terang kepada keluarganya, turun 23 kg, mencukur jenggotnya, memanjangkan rambut pendeknya hingga sepinggang, memulai terapi hormon, dan menggantikan dokumen-dokumennya secara legal. Enam tahun kemudia, dia terbang ke Inggris dan mengalami operasi kelamin dan kembali ke Kanada dengan perasaan gegap gempita: "Saya seakan-akan bisa menari di jalanan. Rasanya seperti misi tercapai!" Tapi rasa pencapaian ini tidak bertahan lama. Dengan tinggi badan 182 cm dan tangan yang besar dan maskulin, juga suara yang maskulin, Wenman bergumul untuk bisa dianggap wanita dan takut berada di muka umum. Satu tatapan aneh dari orang tak dikenal bisa menyebabkan derita berhari-hari dalam dirinya. Dia takut akan anak-anak -mereka ternganga kepadanya jelas-jelas. "Bukannnya merasa bebas, saya merasa seperti seorang kriminal. Saya menjadi semakin paranoid." Di luar, Wenman melakukan kegiatan sukarelawan dengan kaum transjender, ikut dalam parade LGBT/feminis, bersenang-senang dengan sesama waria di bar setempat, dan memberitakan bahwa jender adalah konsep psikologis. Sementara di dalam, dia mengalami kekacauan emosional. Depresi kronisnya mulai mempengaruhi kinerja kerjanya dan di tahun 2009, setelah 28 tahun bekerja, dia kehilangan pekerjaannya. Saat bunuh diri terlihat lebih baik daripada terus hidup, Wenman memutuskan untuk mencari sebuah gereja. Dia menemukan gereja di mana dia sadar, "Saya telah berperang dengan jiwa saya. Saya berdosa terhadap Tuhan, terpenjarakan oleh rasa bersalah dan rasa malu." Setelah 17 tahun hidup sebagai seorang wanita, Wenman, sekarang 60 tahun, telah kembali menjadi seorang pria. Dia memotong pendek rambut putihnya, mengenakan baju wol kotak-kotak, dan celana panjang dari bagian pakaian pria. Karena operasinya tidak bisa dibetulkan, dia bertanya-tanya jika dia bisa menikah dan menangisi kenyataan bahwa dia tidak akan bisa menikmati pelukan anak-anaknya sendiri. Jadi saat dia mendengar kisah suami-suami yang mengaku sebagai waria dan kemudian meninggalkan keluarganya, Wenman bersedih, "Saya ingin mengguncangkan mereka dan berteriak, 'Kamu tidak tahu apa yang kamu lakukan! Kamu melepaskan keluargamu untuk sesuatu yang tidak nyata!' Tetapi saya juga tahu betapa kuatnya perasaan itu karena saya mengalaminya sendiri. Rasanya hampir kesurupan." Namun perasaan itu masih bisa dikalahkan, Wenman berkata sambil mengutip Yohanes 8:32, "Kebenaran akan memerdekakan kamu." Seperti kebanyakan anak perempuan, Kathy Grace Duncan membentuk pandangannya awal tentang wanita dengan melihat ibunya. Yang diia lihat adalah pribadi yang lemah, ringkih, dan teraniaya. Kapan saja ayahnya menganiaya ibunya, ibunya akan diam-diam masuk ke kamarnya dan menangis. Selagi dia mendengarkan ibunya menangis, Kathy berpikir, "Dia perempuan dan saya juga tetapi saya tidak mau seperti dia." Orang tua Duncan tidak dekat dengannya namun ayahnya memberi perhatian yang banyak pada adik laki-lakinya. Dia pun menyimpulkan, "Saya perlu menjadi seorang laki-laki supaya bisa mendapatkan kasih sayang dan perhatian."
Waktu kecil Kathy berkhayal untuk mengencani wanita-wanita seperti Jaclyn Smith. Namun tidak seperti ayahnya, dia akan menyelamatkan perempuan dari kesulitan, membelikan mereka hadiah-hadiah, dan membuat mereka merasa khusus -semua yang dia tidak dapatkan dan yang dia inginkan. Di usia 16 tahun Kathy siap untuk menjadi pria sempurna itu. Dia memotong pendek rambutnya dengan gaya rambut tahun 70an, mengenakan dua kemeja untuk menyembunyikan dadanya yang telah berkembang, dan berkencan dengan perempuan di taman dan pasar malam. Kathy menyembunyikan dari teman kencannya bahwa dia perempuan. Di usia 19 tahun, Kathy keluar dari rumah orang tuanya dan berubah menjadi laki-laki: dia mengganti namanya secara resmi menjadi Keith, mengenakan celana panjang dan dasi ke kantor, mengalami mastektomi, dan mengencani wanita-wanita. Suntikan hormonnya membuat suaranya makin dalam, bahunya semakin lebar, dan menumbuhkan jenggot di wajahnya. Dalam proses tersebut, dia pun menjadi pengikut Yesus dan sangat terlibat dalam pelayanan gereja. Tidak ada seorangpun di gereja yang tahu bahwa dia adalah seorang perempuan kecuali sepasang orang yang lebih tua yang membimbing dia. Lalu suatu hari, seorang pendeta memanggilnya ke ruangan doa dan bertanya, "Siapakah kamu sebenarnya?" Untuk pertama kalinya, Kathy mengatakan kebenaran, "Saya adalah wanita yang hidup sebagai pria" -ketimbang jawaban standarnya "Saya seorang pria yang dulunya seorang wanita." Sampai hari ini, Kathy tidak tahu apa yang membuat dia mengatakan kata-kata itu kecuali bahwa "Roh Kudus masuk". Yang dia ketahui adalah bahwa dia menginginkan hubungan yang intim dengan Yesus dan dia perlu untuk berterus terang tentang bagaimana Tuhan menciptakan dia. Lalu Kathy mengatakan sesuatu yang lagi-lagi mengejutkan dirinya sendiri dan pendeta itu, "Saya pikir Tuhan memanggil saya untuk menjadi seorang wanita kembali." Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, dia tidur dengan sangat tenang selama dua hari, "Rasanya seperti tekanan yang sangat berat telah diangkat dari bahu saya. Saya telah berpura-pura dalam hidup selama 11 tahun, terus melacak dan meyakinkan bahwa orang tidak tahu." Butuh sekitar 4 tahun penderitaan untuk Kathy menerima kembali kewanitaannya. Di masa ini dia kehilangan pekerjaannya, jatuh dalam depresi, dan bergabung dengan Portlan Fellowship, sebuah pelayanan Kristen untuk orang-orang yang bergumul dengan homoseks. Dia membuang semua suntikan hormonnya, belanja baju wanita dengan teman-teman perempuannya, dan bahkan mencat kuku kakinya dengan warna merah seperti mobil pemadam kebakaran untuk hari ulang tahunnya -semua ini langkah-langkah besar untuk seseorang yang tadinya sangat membenci setiap jengkal kewanitaannya. Mula-mula orang-orang yang bermaksud baik memberikan dia losion dan alat perias, berharap dia akan berubah dalam sekejap tetapi hatinya harus terlebih dahulu menerima bahwa menjadi wanita itu adalah hal yang baik. Sering kali Kathy merasa capek dan kewalahan, namun dia mengingat iman Abraham saat dia meninggalkan rumahnya untuk pergi ke tanah asing yang Tuhan janjikan. Dan dia pun mengubah doanya menjadi, "OK. Tuhan, lakukan yang Engkau mau. Apa firman-Mu? Aku akan ikut apa yang Engkau firmankan." Sekarang Duncan menerima undangan-undangan ke gereja-gereja dan grup muda/i untuk membagikan kesaksiannya. Antoine Bou Ezz, seorang mantan waria dari Beirut, Lebanon, juga mengatakan bahwa dia tidak bisa berdiam diri. Tadinya dia miliki pekerjaan impiannya, pakaian yang bagus-bagus, dan pesta yang gemerlap, namun dia masih berpikir untuk bunuh diri sampai seorang wanita bercerita kepadanya tentang Yesus. Hari berikutnya dia pergi ke gereja dan, hatinya tertusuk, dia pun memohon Yesus supaya dia jadi milik-Nya sepenuhnya. Selagi dia mempelajari Alkitab, Bou Ezz menyadari bahwa transjenderisme pada dasarnya adalah masalah ibadah, "Tuhan menciptakan pria dan wanita. Dia memberkati mereka dan memerintahkan mereka untuk beranak-cucu. Dia tidak menciptakan banci -Kitalah yang memilih untuk melakukan operasi." Maret ini, Bou Ezz merayakan tahun ketiganya sebagai pria Kristen. Tiga tahun lamanya dia memberitakan kepada mereka yang mau mendengarkan, "Yesus telah menyelamatkan saya. Yesus telah mengubah hidup saya. Jika kamu mau kebahagiaan dan kebanaran, serahkan semuanya di kaki Yesus." Diterjemahkan dari: Sounding the Alarm
0 Comments
Your comment will be posted after it is approved.
Leave a Reply. |
Archives
August 2020
Categories
All
|
Not The Same Love is a book about God's redeeming love over homosexuality
Pas Le Même Amour est un livre sur l’amour de Dieu qui nous libère de l’homosexualité
Bukan Cinta Sejenis adalah sebuah buku tentang cinta Tuhan yang membebaskan kita dari homoseks
Il Vero Amore è un libro sull'amore di Dio che ci libera dall'omosessualità