KESAKSIAN
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
Saya terlahir di keluarga katolik. Orang tua saya adalah katolik yang taat sehingga dari kecil saya sudah diajarkan ajaran-ajaran katolik seperti ikut misa, bersyukur, rendah hati... Saya sekolah di sekolah katolik sejak TK. Waktu kecil, saya berbeda dari yang lainnnya, kewanita-wanitaan, sehingga orang banyak berkomentar. Apalagi kebanyakan teman saya perempuan dan idola saya Sailormoon, Kimberley dari Power Rangers (Ranger Pink, saya ingin menjadi dia). Kemudian komentar ini menjadi ejekan, dimulai dengan "pretty boy", kemudian banci, homo, dsb. Itu mempengaruhi percaya diri saya. Saya menjadi semakin pemalu dan memendam semua di dalam hati. Perlakuan dari teman-teman saya bertambah parah saat SMP karena saya ke sekolah khusus laki-laki. Tidak hanya mereka mengejek saya tapi mereka bahkan menjauhi saya. Saya kesulitan menerima diri sebagai laki-laki. Saya selalu merasa tidak nyaman dengan tubuh saya sendiri dan saya sulit berteman. Di fakultas saya pun mengenal gagasan transgender. Saya berencana untuk berubah menjadi seorang perempuan sepenuhnya. Lewat internet, saya bisa membeli pil hormon yang saya makan selama tiga tahun. Pil-pil itu tidak hanya membawa perubahan jasmaniah tetapi juga emosional. Saya jadi punya payudara kecil, kulit saya jadi lebih halus, saya bertambah berat badan... dan saya pun jadi gampang marah. Jadi orang pun semakin beranggapan saya ini perempuan. Saya juga telah menggoda beberapa pria di fakultas. Saya punya pacar laki-laki tetapi sejujurnya saya merasa ada yang salah. Saya terus merasa malu terhadap diri sendiri. Saya merasa seperti makhluk aneh, bukan perempuan, bukan juga laki-laki. Saya juga selalu merasa kotor. Suatu hari pun saya sadar bahwa saya tidak bisa terus begini karena perasaan yang saya alami begitu berat. Saya pun jadi tahu bahwa pil hormon bisa membawa resiko kanker. Saya pun berhenti memakannya. Semenjak itu saya pun bertanya-tanya jika kita bisa benar-benar berubah jenis kelamin. Katanya jenis kelamin itu tidak penting dan itu bukan sesuatu yang tetap. Kalau memang begitu, kenapa sampai makan pil hormon untuk "berubah" dan sampai mana kita bisa bilang kita laki-laki atau perempuan? Lagi pula saya tetap beriman dan tahu bahwa itu tidak menyenangkan hati Tuhan.
Itu telah mengubah pola pikir saya. Saya pun meninggalkan gagasan tersebut. Sayangnya saya pun jatuh dalam homoseksualitas. Suatu jati diri yang saya pegang teguh kali ini. Dengan jati diri maka saya pun jadi mengenal banyak hal lainnya: referensi gay (Cher, Beyonce, Golden Girls), kalangan drag queen (mereka adalah laki-laki yang berpakaian seperti wanita sebagai hiburan di klab gay atau parade gay, dsb), parade gay... Saya terjun sedalam-dalamnya ke dunia ini. Namun Tuhan selalu menjaga saya. Dia selalu menaruh banyak keraguan di hati saya tentang jati diri ini. Katanya kita harus "bangga" menjadi gay. Saya sering mempertanyakan hal tersebut. Memangnya apa yang harus dibanggakan menjadi gay? Karena tubuh kita sempurna? Karena laki-laki memuja-muja kita? Semua itu akan hilang suatu hari. Apakah yang bisa dibanggakan dari ketertarikan kepada sesama jenis? Saya pikir hidup itu tidak berguna. Saya juga menyadari bahwa saya tidak bisa mempersatukan homoseksualitas dengan Kristus. Hidup sebagai gay menjauhkan kita dari Kristus. Saya pun jadi bingung sendiri. Suatu hari saya bertemu seseorang (Sihol Gianito Situmorang) lewat internet selagi saya belajar bahasa Prancis. Dia bilang dia telah meninggalkan kehidupan homoseks. Itu adalah sesuatu hal yang baru. Katanya orang seperti ini hidup dalam kebohongan. Karena saya telah mendengar beberapa kisah "mantan gay" yang kecewa dan akhirnya kembali ke kehidupan lamanya. Tetapi entah kenapa saya terus berhubungan dengan orang ini. Dia banyak menyemengati saya dan menunjukkan bahwa kita bisa keluar dari perangkap si jahat. Saat itu saya masih memegang jati diri gay. Saya pun bertepatan menonton sebuah video kesaksian yang kuat dari seorang mantan lesbi. Dia membongkar semua kebohongan dari mereka yang berkata "bangga" menjadi gay dengan berkata bahwa Tuhan menerima kita apa adanya tetapi Dia hanya bisa tinggal di dalam hati yang murni, kita harus menyerahkan hati kita sepenuhnya. Dia kemudian mengutip Yosua 24:15 "Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah." Rasanya saya seperti ditampar. Seakan-akan Tuhan berbicara langsung kepada saya dan Dia ingin supaya saya memilih tuhan saya. Sepertinya Tuhan mengatakan, "Cukup sudah sekarang waktunya kamu membuat keputusan." Saya pun berdoa supaya Tuhan menunjukkan jalan-Nya. Sedikit demi sedikit Tuhan mulai mengubahkan saya dan saya pun terus mengikuti jalan-Nya. Semenjak itu, Dia telah begitu memberkati saya, pekerjaan yang saya sukai, kemandirian keuangan, teman-teman yang tulus, dan terutama damai sejahtera. Saya memiliki damai sejahtera yang tidak pernah saya miliki selagi saya merasa sebagai dan memegang jati diri transgender atau pun gay. Saya yakin banyak orang yang menginginkan damai sejahtera ini dan mereka tidak akan bisa temukan bahkan dalam kekayaan yang fana di dalam dunia ini. Dan Tuhan pun telah memberikan saya tujuan hidup. Tidak lagi saya hidup untuk diri saya sendiri, bukan pula untuk orang tua saya, tetapi untuk Juruselamatku. Dia telah melepaskan saya dari hasrat kedagingan dan percabulan. Tidak langsung tetapi sedikit demi sedikit. Dia pun telah memberi saya jati diri yang baru, bukan gay, bukan pula transgender, bukan pula hetero, karena yang paling penting jati diri saya ada di dalam Kristus. Christian V
0 Comments
Your comment will be posted after it is approved.
Leave a Reply. |
Archives
August 2020
Categories
All
|
Not The Same Love is a book about God's redeeming love over homosexuality
Pas Le Même Amour est un livre sur l’amour de Dieu qui nous libère de l’homosexualité
Bukan Cinta Sejenis adalah sebuah buku tentang cinta Tuhan yang membebaskan kita dari homoseks
Il Vero Amore è un libro sull'amore di Dio che ci libera dall'omosessualità