KESAKSIAN
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
"Saya tidak tahu bagaimana menyikapi perhatian dari para laki-laki," kata Charlene Cothran. "Pada usia sembilan tahun saya tergolong tinggi dan tubuh saya sudah berkembang." Orang tuanya bercerai saat dia berusia tiga tahun dan hilangnya sosok ayah dalam hidupnya membuat dia lapar akan perhatian dari lawan jenis. "Saya ingin supaya seorang laki-laki menyukai saya." Tetapi dia mendapati bahwa kebanyakan laki-laki hanya mau memanfaatkannya dan itu membuatnya jijik. "Saya tidak mau lagi semua itu," tutur Charlene. Dia pun menutup hatinya untuk laki-laki pada usia 14 tahun dan jatuh ke dalam perangkap lesbianisme yang baginya adalah "alternatif yang aman". Dengan melakukan hal itu, dia pun menjauh dari iman Kristen yang dia kenal semasa pertumbuhan. "Saya mempelajari Alkitab; Saya belajar tentang Kristus dan salib dan kuasa pembebasan. Saya tadinya mempercayainya." Dia sempat menjadi seorang pemimpin muda-mudi di gerejanya. MENJELAJAHI KEHIDUPAN GAY
Saat Charlene mulai kuliah di tahun 70an, dia merasa dia berada "di luar perlindungan" gereja dan dia pun mulai menjelajahi bar gay dan budaya gay di area Atlanta. "Sedikit demi sedikit saya memberikan diri saya, pikiran saya, dan iman saya kepada gaya hidup gay." Setelah kuliah, Charlene mulai mengadakan acara sosial untuk kaum lesbian berkulit hitam di Atlanta, yang sangat berhasil dan menarik banyak pengunjung - termasuk banyak para pendukung masyarakat. Sepuluh tahun kemudian, dia menerbitkan majalah Venus yang ditargetkan kepada kaum gay dan lesbian berkulit hitam di Amerika. Majalah ini memiliki banyak pelaggan di seluruh dunia. Di puncak karirnya sebagai penerbit majalah, suatu kejadian yang tak diharapkan menimpanya. Ibunya meninggal karena komplikasi akibat dari operasi pergelangan kaki. Charlene dan pasangan lesbiannya pun pun pindah ke Yonkers, New York supaya lebih dekat dengan neneknya setelah kematian ibunya. Charlene membeli tiga lahan kuburan untuk ibunya, neneknya, dan dirinya sendiri. "Itu adalah awal Tuhan mengubah cara pandang saya," katanya. "Setiap kali saya pergi untuk menaburkan bunga di kuburan ibu saya, saya diingatkan bahwa saya pun akan mati suatu saaat nanti. Itu membuat saya berhenti dan berpikir tentang hal-hal yang abadi. Saya tahu bahwa dikubur bukanlah akhir segalanya." "Apa yang terjadi setelah kematian?", pikirnya. "Kaum gay tidak memperhatikan masalah keabadian," menurutnya. "Tidak ada yang mau berbicara soal kematian. Mereka bersikap seakan-akan semua gay yang meninggal masuk ke surga." Karena dia sudah belajar Alkitab, dia tahu itu tidak benar. Selagi dia memikirkan benih-benih kebenaran yang dia dapatkan semasa pertumbuhan, ada konflik dalam dirinya. Dia pikir dia tidak akan bisa keluar dari gaya hidup lesbian. "Kamu tidak bisa kembali ke imanmu. Kamu itu lesbian," pikirnya. PANGGILAN TELEFON YANG MENGUBAHKAN HIDUP Suatu Selasa pagi di bulan Juni 2006, Charlene menelpon seorang pelayan Tuhan terkemuka di New Jersey. "Di mana imanmu sekarang?", tanya wanita itu. "Saya telah menjadi seorang lesbian semasa dewasa saya dan saya rasa saya tidak bisa menjadi yang lain lagi," jawab Charlene. Kemudian pelayan Tuhan itu pun berbagai kisah hidupnya yang keras yang melibatkan inses, kecanduan narkoba, dan pelacuran. Wanita itu berkata bahwa perasaan tidak berharga datang dari Iblis. "Saya tahu kamu ingin kembali kepada Kristus, Charlene," ujar wanita itu. Kemudian Charlene pun merasa Tuhan berbicara ke dalam hatinya, "Inilah harinya. Kamu harus membuat keputusan siapa yang akan kamu layani. Jika kamu memilih-Ku hari ini, Aku memiliki rancangan yang indah (Yeremia 29:11) untuk hidupmu. Tetapi jika kamu menolak-Ku hari ini dan melakukan yang kamu mau, pada akhirnya kamu akan menghadapi penghakiman." Sementara si jahat berbisik di telinga yang lain, "Bagaimana dengan pendapatanmu? Kamu tidak bisa berhenti menerbitkan majalah Venus." Dan Charlene pun berkata, "Saya tidak tahu bagaimana saya bisa hidup. Yang saya tahu saya harus percaya pada Tuhan dan memilih-Nya." Si jahat terus berbisik, "Bagaimana dengan pekerjaan sebagai seorang pembicara yang untuknya kamu sudah dibayar untuk pergi ke acara parade gay di Schomburg di New York? Kamu tidak bisa bertobat sekarang!" Charlene pun melawan, "Saya tidak tahu apa yang akan saya katakan di sana tetapi saya tahu saya akan pergi ke sana sebagai seorang yang sudah bertobat karena saya memilih Tuhan hari ini." Rasanya seperti ada selaput yang lepas dari mata saya dan cahaya Kristus pun nampak. Charlene melihat ke bawah dan kaget karena apa yang dia lihat. "Saya benar-benar seperti melihat tangan saya menjadi baru. Dunia terlihat berbeda hari itu." HIDUP OLEH IMAN Setelah pertobatannya, dia tetap pergi ke acara parade gay di Schomburg. Dia tidak memberi tahu terlebih dahulu bahwa dia telah mengalami perubahan hidup. Dia tahu bahwa Tuhan akan memberikan dia hikmat akan apa yang harus dia katakan dan Tuhan telah melakukannya lewat sebuah perikop dari Alkitab. Di sisi lain, dia agak sedikit khawatir karena dia tahu kalangan LGBT. Mereka bisa marah terhadapnya. Dia adalah bagian dari sebuah diskusi panel. Semua pembicaranya adalah penerbit. Dia mengenal mereka semua dengan baik karena mereka sering terlibat dalam berbagai acara sebelumnya. Mereka pun berbagi pengalaman mereka dan pembawa acara menanyakan beberapa pertanyaan. Pertanyaan pertamanya adalah, "Bagaimana Anda memulai usaha Anda?" Charlene pun bercerita bagaimana dia memulai majalah Venus dan begitu juga yang lainnya. Pertanyaan ke dua adalah, "Bagaimana Anda mengumpulkan para pembaca Anda?" Dia pun menjawabnya. Kemudian pertanyaan terakhir ditutup dengan, "Ke mana arah penerbitan Anda sekarang?" Charlene tahu bahwa inilah pintu yang Tuhan buka baginya. Dia pun menjawab, "Arah majalah Venus akan berubah 180 derajat. Kami akan berbalik arah. Misi kami sampai sekarang adalah untuk mendorong kaum gay dan lesbian untuk berani terbuka dengan keberadaan mereka di masyarakat mereka termasuk dengan orang tua dan lingkungan sekitar mereka. Namun sekarang sebaliknya kami ingin memberitahu kalangan gay dan lesbian bahwa bukan ini kehendak Tuhan." Setelah itu, suasana menjadi sangat hening di auditorium itu. Dia melanjutkan, "Bukan itu kehendak Tuhan dan Venus sekarang akan mengajarkan bagaimana untuk keluar dari kehidupan gay dan, tidak hanya itu, kamu tidak bisa melakukanya sendirian. Kamu butuh hubungan yang serius dengan Tuhan Yesus Kristus. Itulah yang Dia telah perbuat bagi saya." Butuh beberapa waktu lamanya sebelum keheningan itu berakhir. Dia pun tidak berkata apa-apa dan mereka juga tidak selama semenit. Si pembawa acara pun melanjutkan ke pembicara berikutnya setelah akhirnya sadar dari kekagetan itu. Tetapi kemudian muncul lagi rasa takut karena setelah itu ada acara resepsi kecil dan Charlene sebenarnya tidak mau pergi dan berpikir untuk pulang saja. Tetapi Tuhan berfirman kepadanya, "Tidak, jika ini adalah pelayananmu, maka di sinilah kamu harus memulai dan menerima apa saja yang akan terjadi." Charlene pikir orang-orang akan sangat dingin dan menjauhinya tetapi ternyata, satu per satu orang datang berterima kasih untuk keberaniannya dan bercerita kepadanya betapa mereka tidak bahagia dalam kehidupan homoseks. "Setelah setahun, saya mulai mendapatkan banyak surat dari orang yang menyatakan bahwa mereka lelah akan kehidupan gay," tuturnya. Teman-teman gay-nya mentertawakan kisahnya. Banyak yang meramalkan dia akan kembali ke bar gay dalam waktu enam bulan. Enam bulan berlalu dan dia belum kembali juga, mereka pun bilang dalam setahun dia akan kembali. Namun sekarang sudah hampir 9 tahun dan dia belum juga kembali.
0 Comments
Your comment will be posted after it is approved.
Leave a Reply. |
Archives
August 2020
Categories
All
|
Not The Same Love is a book about God's redeeming love over homosexuality
Pas Le Même Amour est un livre sur l’amour de Dieu qui nous libère de l’homosexualité
Bukan Cinta Sejenis adalah sebuah buku tentang cinta Tuhan yang membebaskan kita dari homoseks
Il Vero Amore è un libro sull'amore di Dio che ci libera dall'omosessualità