KESAKSIAN
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
Saya adalah seorang pendeta di gereja Calvary Chapel dan pemimpin dari sebuah gerakan mantan gay "Holy Life" (Hidup Kudus). Entah kenapa saya mulai tertarik pada lelaki lain di masa remaja. Saya pun mulai hidup sebagai seorang homoseks. Saya pikir saya terlahir seperti itu. Saya merasa malu dan bersalah sehingga saya tidak mau memberitahukan ke siapa-siapa tentang hal ini. Saya pun pelan-pelan mulai masuk ke dalam kehidupan gay. Saya bekerja di sebuah teater pada usia 20-an dan saya juga pemilik sebuah toko baju dan perancangnya. Setelah bisnis saya gagal, saya memutuskan untuk menjadi seorang biarawan buddhis. Tetapi waktu saya berusia 27 tahun, ibu saya yang mengetahui jati diri saya, meninggalkan sebuah pesan yang putus asa dan bunuh diri karena dia tidak bisa membujuk saya untuk kembali. Saya pun hidup sebagai seorang pecundang setelah kematiannya. Di waktu usia 30 tahun, seorang wanita memperkenalkan saya kepada Kristus dan saya pun bertemu dengan Yesus. Saya menjadi seorang Kristen tetapi tetap hidup sebagai seorang homoseks. Tidak ada yang mengajarkan kepada saya apa kata firman Tuhan tentang homoseksualitas. Saya pun mulai menjalankan bar gay dan klub waria di Itaewon dan saya berhasil. Saya menjadi terkenal karena mengadakan acara disko dan host clubs. Ada sekitar 70 orang gay di klub saya dan saya membuka sebuah klub waria di Jepang dan menghasilkan banyak uang. Bisa dibilang saya adalah pemimpin para gay di Korea dan saya memimpin 200 orang gay. Saat itu saya adalah seorang Kristen yang mengasihi Tuhan. Hasrat saya untuk Tuhan tidak berhenti di hati saya saja. Saya pun masuk ke sebuah seminari tetapi saya masih seorang homoseks dan tidak sadar kalau itu adalah sebuah dosa. Saya memiliki keinginan yang membara untuk menjadi seorang penginjil untuk menolong para homoseks.
Setelah Olimpiade di Seoul pada 1988, pemerintahan Korea menetapkan Itaewon sebagai area kriminal dan mulai menutup semua klub karena anak-anak para politisi besar memakai narkoba di situ. Empat klub yang saya memiliki bangkrut dan apartemen saya disita. Akhirnya saya pun lari ke Jepang. Di situ saya menjalankan sebuah klub dengan para waria sebagai seorang Kristen. Suatu saat di malam hari, seorang malaikat kematian mulai mencekik saya dan saya merasa sekarat. Saya memiliki kesempatan untuk konseling dengan Yonggi Cho, pendeta gereja Yoido Sunbokeum, yang sedang berkunjung di Tokyo. Dia menyuruh saya menjadi seorang pendeta dan meninggalkan semuanya. Dan karena inilah saya tahu itu adalah panggilan Tuhan. Saya pun masuk ke sekolah teologi dan membersihkan semua klub-klub saya. Di situ saya bertemu dengan pak pendeta Hirano Koo E Chi. Saya dengar tentang gereja Calvary Chappel di AS dari dia. Dia membuka Alkitab dan mengajarkan kepada saya bahwa homoseksualitas adalah sebuah dosa dan dia berkata kita tidak bisa masuk ke dalam kerajaan Tuhan kalau itu masih terus ada dalam hidup kita. Saat itu saya sadar bahwa homoseksualitas bukanlah bawaan lahir dan saya pun mulai menyelidiki hanya kebenaran Alkitab untuk keluar dari kebiasaan dosa. Setelah tahun ketiga, saya memiliki pengalaman khusus dengan Roh Kudus pada suatu kelas di tanggal 4 Juli 1991. Saya mengalami seperti semua roh-roh jahat diusir dari diri saya dan saya pun menjadi pribadi yang baru Usia saya 43 tahun pada saat itu. Setelah kembali ke Korea, saya memulai gereja Calvary Chapel dan fokus kepada pencarian kebenaran firman Tuhan. Sama seperti rasul Paulus menghabiskan waktu 3 tahun hanya untuk mempelajari firman Tuhan di Arabia setelah dia menerima Yesus. Untuk mengenal lebih dalam lagi selama 12 tahun saya mulai menulis catatan-catatan kaki dari kitab Kejadian hingga Wahyu. Di Korea homoseksualitas pun menjadi masalah sosial dan gereja-gereja di Korea mulai berkampanye melawannya. Saya pun sempat terlibat di dalamnya tetapi kemudian Tuhan memberikan saya arahan yang berbeda. Jadi saya mendirikan sebuah gerakan mantan gay yang disebut "Holy Life" Saya pun memulai suatu gerakan pemulihan untuk menjangkau kaum homoseks. Setiap tahun saya melakukan kegerakan untuk hak-hak kaum mantan gay dengan mengadakan festival kudus untuk mengimbangi festival gay. Homoseksualitas adalah dosa berat yang bisa menghancurkan hidup. Itu adalah pekerjaan Iblis untuk membuat umat pilihan Tuhan gagal. Jadi janganlah kita melihat kaum gay sebagai obyek untuk kita kritik habis-habisan tetapi sebagai domba-domba yang perlu dipelihara. Kita perlu memberitakan Injil kepada mereka untuk memulihkan mereka supaya kita menjadi penuai-penuai di akhir zaman. Itulah kehendak Tuhan. Alkitab berkata kepada kita, "Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 18:10) Homoseksualitas adalah sebuah kebiasaan dosa yang bisa dikalahkan. Tetapi homoseksualitas butuh pengampunan dalam nama Yesus Kristus karena itu adalah sebuah masalah rohani yang perlu ditangani oleh Tuhan supaya mereka akhirnya menerima Roh Tuhan sebagai hadiah. Dari hamba Yesus, Jonah Lee.
0 Comments
Your comment will be posted after it is approved.
Leave a Reply. |
Archives
August 2020
Categories
All
|
Not The Same Love is a book about God's redeeming love over homosexuality
Pas Le Même Amour est un livre sur l’amour de Dieu qui nous libère de l’homosexualité
Bukan Cinta Sejenis adalah sebuah buku tentang cinta Tuhan yang membebaskan kita dari homoseks
Il Vero Amore è un libro sull'amore di Dio che ci libera dall'omosessualità