KESAKSIAN
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
Sejak masa kanak-kanak saya agak kewanita-wanitaan. Saya tidak mengerti waktu itu kenapa saya seperti itu... dan itu menyakitkan hati saya karena beberapa anak laki-laki mengetawai saya karena itu. Saya pun tidak bisa keluar bermain dengan anak-anak laki-laki lainnya. Saya selalu tinggal di rumah. Saat saya berusia 8 tahun ayah saya mengirim saya ke rumah bibi saya untuk pendidikan yang lebih baik karena tidak ada pendidikan yang baik di desa saya. Di sana saya menjadi sangat kesepian dan menderita karena rindu pulang. Saya sangat merindukan keluarga saya di sana. Namun saya menjadi menjadi pelajar yang baik di sekolah dan itulah kenapa para anak laki-laki tidak mengetawai saya. Mereka menghormati saya karena saya pelajar yang baik Ada seseorang yang seperti abang bagi saya di kompleks saya. Dia lebih tua dari saya. Kami berteman. Karena saya pemalu dan kewanita-wanitaan, dia menggunakan saya untuk kepuasaan seks selama sebulan. Saat itu, saya tidak tahu apapun tentang seks tetapi sesuatu di hati saya berkata ini salah. Jadi saya pun mulai menghindarinya. Dia selalu berusaha untuk mendekati saya untuk memuaskan khayalan seksnya dan itulah kenapa saya berhenti keluar rumah. Saya hanya meninggalkan rumah kalau saya harus pergi ke sekolah atau ke arah yang berlawanan. Setahun kemudian, salah seorang anggota keluarga jauh saya mencoba memperkosa saya selagi kami tidur di tempat tidur yang sama. Entah bagaimana saya berhasil kabur. Kejadian-kejadian ini menjadi cikal bakal munculnya perasaan homoseks dalam diri saya. Seiring pertumbuhan saya, saya pernah memiliki ketertarikan kepada lawan jenis tetapi ketertarikan kepada sesama jenis lebih kuat dan kemudian mengalahkan ketertarikan pada lawan jenis. Setelah menyelesaikan studi saya, ayah saya mengirimkan saya ke kota untuk pendidikan yang lebih tinggi. Saya baru di kota itu dan perasaan homoseks semakin menguat. Pada masa-masa itu saya berpikir bahwa saya satu-satunya laki-laki di dunia ini yang merasakan hal tersebut. Saya belum tahu istilah "gay" dan "homoseks" pada waktu itu. Di kota ada warnet di mana saya mulai mengenal pornografi. Di situ juga saya mengenal seks sesama jenis. Pada awalnya itu terasa aneh bagi saya tetapi saya pikir jika itu yang harus saya lakukan untuk dicintai maka saya mau melakukan hal itu. Dan saya juga pikir bahwa para homoseks hanya tinggal di luar negeri saja dan tidak ada masa depan bagi saya untuk gaya hidup seperti itu di India. Terkadang saya menyalahkan Tuhan untuk membuat saya seperti ini. Saya sangat depresi dan kesepian. Saya menjadi sakit jiwa dan itu sangat mengganggu studi saya.
Setela menyelesaikan studi saya di kota itu, saya pindah ke kota lain untuk gelar insinyur saya. Di kampus teman-teman sekelas saya menertawakan saya karena suara saya dan sifat kewanita-wanitaan saya. Mereka mengejek saya. Beberapa di antara mereka menyemengati saya tetapi tidaklah cukup. Saya selalu heran kenapa saya sepert itu. Saya tidak mau hidup seperti itu. Pikiran bunuh diri pun mulai bermunculan. Saya ingin mati. Saya meninggalkan kampus saya selama 3 bulan. Tetapi ada seorang dosen wanita yang selalu menyemangati saya. Dia meminta saya kembali ke kampus, mendukung, dan menyemangati saya. Jadi saya pun meneruskan kuliah saya. Ada seorang pria dia kelas saya yang selalu mendukung saya dan dia perhatian. Dia selalu dekat dengan saya. Karena kebaikannya, saya pun 'jatuh cinta' kepadannya dan saya bilang itu kepadanya. Itu kesalahan besar. Dia memutuskan pertemanannya dengan saya. Salah seorang teman kampus saya memperkenalkan saya kepada Facebook. Di situ saya berkenalan dengan seorang laki-laki dari Meksiko. Saya berbicara dengannya dan tahu bahwa dia juga mengalami hal yang sama dengan saya. Lewat dia saya jadi punya banyak teman gay di berbagai belahan dunia. Kemudian saya jadi berkenalan dengan beberapa prai gay dari kota saya. Saya mulai berbicara dengan mereka. Mereka ingin bertemu muka dengan saya. Saya bertemu dengan beberapa dari mereka tetapi mereka hanya mau seks. Saya sudah ada komitmen bahwa saya hanya berhubungan seks dengan orang yang mencintai saya. Saya mencari cinta dari seorang laki-laki dan saya tidak menemukannya di gaya hidup homoseks. Setelah itu saya berkenalan dengan beberapa pria di kota saya yang bersifat baik, saya bertemu mereka dan kemudian berteman. Saya kencan dengan dua orang dari mereka namun ternyata belakangan mereka hanya mau kepuasaan seks saja. Itu membuat saya merasa jijik. Walau saya tidak pernah berhubungan seks dengan mereka, hanyalah ciuman, tetapi di dalam hati saya tahu bahwa saya telah melakukan sesuatu yang salah. Saya merasa terganggu. Saya ingin mati. Saya membenci diri sendiri. Pada masa-masa itu saya menemukan sebuah film berjudul "Prayers for Bobby" di internet. Saya pun menonton film ini. Itu sebuah film gay. Dan itulah pertama kalinya saya mendengar tentang kekristenan. Film ini mendukung gay tetapi di hati saya saya tahu itu salah. Lagu pembukaan filmnya berlirik seperti berikut, 'Saya butuh Kau untuk mendengarkan, saya butuh Kau untuk mejawab, oh Tuhan, aku butuh Kau untuk... Aku ingin melihat wajah-Mu' menyentuh hati saya dan saya selalu mendengarkan lagu ini. Lagu itu memberikan kedamaian di hati saya namun saya masih hidup menurut perasaan homoseskual. Kadang itu terasa enak, kadang sama sekali tidak enak. Saya suka menengadah ke langit di malam hari dan berteriak kepada Tuhan, "Kenapa Engkau membuatku seperti ini? Ubahkan aku, Tuhan." Pada periode tersebut saya menemukan seorang teman yang juga belajar untuk menjadi insinyur. Dia orang yang baik hati dan menjadi teman dekat saya. Prilaku dan sifatnya yang baik membuat saya tertarik kepadanya. Tak lama saya jatuh cinta kepadanya. Suatu hari saya bilang kepadanya bahwa saya gay dan itu tidak mempengaruhinya. Dia tetap berteman dengan saya dan bahkan sangat bersahabat. Kami bahkan suka tidur di tempat tidur yang sama. Saya benar-benar jatuh cinta dengannya. setelah beberapa saat, dia pindah ke kamar yang berbeda dan pergi ke tempat lain untuk tinggal. Saya mulai sangat merindukannya. Terkadang dia datang menemui saya. Suatu hari saya bilang padanya bahwa saya mencintainya. Namun dia tidak menanggpinya dengan serius. Dia hanya tertawa. Kemudian saya juga pindah ke tempat dia dan kami pun dekat kembali. Saya suka berada bersamanya. Saya merasa dikasihi. Pada tanggal 31 Desember 2013, dia bilang kepada saya kalau dia akan melamar seorang gadis dan dia bertanya jika sebaiknya dia melakukannya atau tidak. Saya menangis semalaman. Saya merasa sangat terganggu. Di dekat tempat tinggal saya ada sebuah gereja. Pada 1 Januari 2014 saya pergi ke gereja untuk ibadah dan berdoa untuk pertama kalinya. Di situ saya meminta kepada Tuhan untuk memberikan teman saya kepada saya atau mengubah saya tetapi Dia tidak memberikan apa yang saya inginkan. Dia memberikan saya apa yang saya paling butuhkan. Saya merasa damai dan bahagia setelah doa ibadah. Saya suka lagu penyembahan kristen. Saya pun mulau pergi ke gereja tiap minggu dan tiap pertemuan doa. Pertama kalinya dalam hidup saya saya merasakan kasih murni Tuhan. Saya merasa enak dan dikasihi. Tuhan mencintai saya dengan kasih-Nya yang murni. Saya ingin kamu tahu bahwa saya ini mantan Hindu. Saya mulai mengenal Tuhan Yesus Kristus dan betapa Dia mengasihi kita sehingga Dia mengorbankan diri-Nya sendiri untuk kita. Saya membaca Alkitab dan tahu kebenaran. Tuhan menjadi sangat dekat dengan saya. Dia mengisi hati saya dengan kasih-Nya yang murni dan kudus. Saya mulai hidup di dalam hadirat-Nya. Sungguh menakjubkan. Roh Kudus telah menyentuh hati saya. Pada tiga bulan pertama tidak seorangpun di gereja mengenal saya. Saya dikenalkan kepada pendeta gereja tersebut dan semua keluarga gereja saya. Mereka orang yang sangat rohani dan sangat mengasihi. Saya semakin tahu lebih banyak tentang Tuhan Yesus lewat gereja dan pendeta-pendeta di internet. Saya pun menjadi tahu bahwa homoseks itu tidak baik di mata Tuhan dan bagaimana Tuhan tidak menyukainya di kitab Imamat. Perasaan-perasaan homoseks itu pun pelan-pelan menghilang di hadirat Tuhan. Terkadang godaan datang tetapi saya telah memutuskan bahwa lebih baik untuk melayani Tuhan daripada pria. Saya berserah penuh kepada Tuhan. Pada tanggal 6 Juli 2014 saya pun dibaptis dan dari sejak saat itu, saya hidup sepenuhnya sebagai murid Yesus. Tuhan telah benar-benar mengubahkan saya. Saya adalah orang pertama yang percaya dalam keluarga saya. Keluarga dan lingkungan saya tidak menyukai perubahan dari agama Hindu kepada Kristus. Mereka masih menentang saya. Mereka selalu mencoba meyakinkan saya bahwa apa yang telah saya lakukan itu salah karena mereka tidak mengerti bagaimana Tuhan telah menyelamatkan saya. Jika saya ceritakan kepada mereka kesaksian saya, mereka tidak menyukai saya. Itulah kenapa saya hanya berbagi kesaksian saya dengan teman-teman saya di luar negri. Saya ingin memberi segala puji dan kemuliaan hanya kepada Tuhan Yesus Kristus. Tanpa-Nya pastilah saya sudah mati. Dialah yang memberi saya hidup baru. Terima kasih Yesus. Chandan (foto hanyalah ilustrasi, bukan Chandan)
0 Comments
Your comment will be posted after it is approved.
Leave a Reply. |
Archives
August 2020
Categories
All
|
Not The Same Love is a book about God's redeeming love over homosexuality
Pas Le Même Amour est un livre sur l’amour de Dieu qui nous libère de l’homosexualité
Bukan Cinta Sejenis adalah sebuah buku tentang cinta Tuhan yang membebaskan kita dari homoseks
Il Vero Amore è un libro sull'amore di Dio che ci libera dall'omosessualità