KESAKSIAN
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
Masa kanak-kanak saya bukanlah pengalaman yang bahagia. Orang tua saya sangat ingin memberikan saya hidup yang bermakna ke depannya tetapi tidak ada orang yang meneguhkan jati diri saya sebagai laki-laki. Ibu saya dulu biasa memakaikan pakaian perempuan ketika saya masih sangat kecil. Sejak masih kecil saya bingung tentang jati diri saya. Saya tumbuh besar dengan anak-anak lain di lingkungan teatpi pertumbuhan saya sebagai anak-anak tidak sebahagia dan berkembang seperti anak-anak lain. Saya dirundung (bully) teman-teman baik di lingkungan juga di sekolah. Semua pengalaman ini mengunci saya dalam kotak kebingungan, keminderan, kesedihan, kesendirian, depresi, dan lain-lain. Semua pertemanan saya sifatnya dangkal. Saya tidak pernah punya seorang teman yang dekat dan tulus di masa kanak-kanak. Hati saya yang masih anak-anak merindukan persahabatan, kasih, dan penerimaan tetapi saya tidak pernah mendapatkan seperti yang saya mau di antara teman-teman saya.
Suatu hari seorang teman mengundang saya ke gereja. Saya pun ke gereja untuk pertama kalinya. Dan selagi saya terus pergi ke gereja setiap minggu, saya merasa bahwa gereja adalah tempat pelarian dari semua rasa sakit dan kesendirian yang saya alami seamasa hidup saya. Pada saat penyembahan, saya mengalami sukacita, damai, dan kebebasan berekspresi. Singkat kata saya mengalami hadirat Tuhan mengalir deras bagai air mancur ke dalam jiwa saya yang letih. Saya terus merindukan hadirat Tuhan yang memuaskan jiwa yang letih. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. (Yohanes 10:10) Pergumulan saya dengan sekesualitas Dari sejak usia dini saya mengalami ketertarikan kepada laki-laki dan merasa bingung akan jati diri saya. Kebingungan dan kesendirian membawa saya kepada kenikmatkan romanitsme dengan pria dan saya melakukan hubungan seksual dengan pria sejak usia sangat muda. Saya pergi ke gereja tetapi rasa bersalah, rasa malu, dan penghakiman selalu menghantui saya. Saya pikir ketertarikan terhadap laki-laki itu wajar dan Tuhan menciptakan saya seperti ini tetapi kebohongan dan kebingungan ini (waktu itu tak pernah terpikirkan kalau itu sebuah dusta) membawa saya kepada pilihan-pilihan yang tidak sehat dan berbagai hubungan seksual yang selalu berujung pada depresi, sakit hati, kesendirian, pengkhianatan, dan lain-lain. Saya sangat ingin bebas dari gaya hidup yang saya jalani. Akhirnya saya terbuka kepada pendeta-pendeta saya dan mencari pertolongan dari mereka. Mereka adalah orang yang mengatakan kebenaran dari firman Tuhan bahwa homoseksualitas adalah sebuah dosa, Tuhan tidak menciptakan saya seperti ini, dan ada harapan bagi saya dalam Yesus. Saya mengalami pembebasan dalam hidup saya saat saya menceritakan pergumulan rahasia saya dengan pendeta-pendeta saya dan mereka terus menolong saya untuk keluar dari gaya hidup ini dengan mengaishi saya, berdoa bagi saya, melibatkan saya dalam kegiatan gereja, konseling, dan sebagainya. Kasih Yesus memuaskan saya Seperti saya katakan sebelumnya, saya sangat merindukan persahabatan, kasih, dan penerimaan sejati dari teman-teman saya seperti yang saya inginkan tetapi saya tidak pernah merasakan kepuasan yang mendalam akan kasih di lubuk hati saya yang terdalam dari dunia ini. Kerinduan hati saya untuk kasih dipuaskan dengan hubungan sejati dengan Yesus. Menghabiskan waktu setiap hari dalam hadirat-Nya memuaskan saya sepenuhnya. Saya sangat yakin bahwa kasih dan hadirat-Nya memang benar lebih baik dari apapun di dunia ini. Saya mendapatkan persahabatan sejati dan bermakna dalam keluarga Tuhan yang tidak saya dapatkan dalam dunia ini. Sekarang saya tidak lagi bergumul seperti dahulu. Sekarang Yesus adalah Tuhan dalam hidup saya. Yesus telah memberikan saya kebebasan untuk memilih yang sebelumnya tidak saya miliki. Yesus menolong saya setiap hari untuk memilih kasih-Nya ketimbang godaan yang datang. Amit Ghosh. Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." (Yohanes 7:37-38)
0 Comments
Your comment will be posted after it is approved.
Leave a Reply. |
Archives
August 2020
Categories
All
|
Not The Same Love is a book about God's redeeming love over homosexuality
Pas Le Même Amour est un livre sur l’amour de Dieu qui nous libère de l’homosexualité
Bukan Cinta Sejenis adalah sebuah buku tentang cinta Tuhan yang membebaskan kita dari homoseks
Il Vero Amore è un libro sull'amore di Dio che ci libera dall'omosessualità