KESAKSIAN
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Wahyu 12:11
|
Rosaria Champagne Butterfield, seorang dosen, membagi kesaksiannya yang mantap tentang pertobatannya kepada Yesus Kristus setelah hidup sebagai seorang lesbi yang habis-habisan menentang kekristenan dan Alkitab. Dibesarkan di sebuah keluarga katolik, Rosaria tadinya seorang remaja putri biasa yang suka memiliki pacar laki-laki yang perhatian yang "mengajak dia keluar dari rumah." Namun segera, semenjak usia 20 tahun, dia menyadari bahwa hubungan dengan para perempuanlah yang lebih mendalam buatnya. Hal ini semakin menguat dalam hidupnya dan di usia 28 tahun Rosaria mulai memiliki hubungan lesbian. Buat dia ini bukanlah sebuah revolusi melainkan suatu tanggapan alami terhadap perasaan yang dia miliki untuk para perempuan. Setelah studinya yang sangat baik, Rosaria menjadi seorang dosen sastra Inggris dan sosiologi tentang perempuan di Universtias Syracuse. Setelah memegang teguh ajaran Freud, Marx, dan Darwin, dia pelan-pelan menjadi apa yang dia gambarkan sebagai seorang dosen homo-seks kiri, aktifis, yang menentang habis-habisan dengan iman kristen dan pengajaran kristen yang identik dengan gerakan politik dari partai Republikan.
Dalam pengajarannya, Rosaria dengan keras kepala mengharuskan diri melihat dunia ini lewat kaca mata feminisme. "Saya tidak percaya pada kekuasaan gaib apapun juga. Saya pikir itu absurd dan anti-intelektualisme. Dan nama Yesus, yang waktu kecil saya gunakan dalam doa, yang saya belakangi di universitas, benar-benar membuat saya marah jika mendengarnya saat saya menjadi seorang dosen." Yang sangat membuatnya marah adalah bagaimana iman kristen mempengaruhi kehidupan orang-orang. "Kenapa aturan kristen menjadi beban dalam hidup saya dan menetapkan saya sebagai laknat? Itu tidak masuk akal buat saya." Dalam upayanya mendukung kaum gay dan lesbian, Rosaria banyak menemukan permusuhan dari pihak kristen, yang menetapkannya di antaranya sebagai "seorang pendosa yang akan masuk neraka." "Saya tidak menyukai orang-orang yang berbicara tentang gaya hidup gay. Saya tidak punya gaya hidup gay. Saya punya kehidupan. Saya tidak ada agenda gay." Di akhir tahun 90-an, sementara sebuah grup Kristen, Promise Keepers, yang menentang habis-habisan homoseks, datang ke sebuah kota, Rosaria pun memutuskan untuk menulis sebuah artikel yang menyatakan pandangannya terhadap iman kristen dan mencela efek negatifnya dalam kehidupan orang non-kristen. Artikel itu sangat berdampak hingga dia mendapat banyak balasan. Rosaria menaruhnya dalam 2 kategori, balasan yang mendukung dari satu sisi dan balasan yang membenci dari sisi lain. Di antara balasan-balasan itu, satu di antaranya tidak bisa ditaruh dalam kedua kategori itu. Balasan itu datang dari Pendeta Ken Smith. "Balasannya sangat menarik. Dia ingin membantu saya. Dia ingin membantu saya mengerti iman kristen." Tanpa mengerti bahasa ibrani atau yunani, ajakan pendeta ini menjadi suatu kesempatan yang sangat baik. Dia menganggap pendeta ini sebagai suatu bahan penilitian untuk mengeluarkan argumen-argumen melawan kekristenan dan bahan penulisan untuk buku berikutnya. Pendeta dan istrinya mengundangnya ke tempat mereka dengan ramah dan mau membahas semua topik yang dia ingin bahas, dari politik sampai seksualitas. "Saya pikir sayalah yang menentukan pembicaraan ini. Saya tidak menyadari bahwa ada Tuhan yang kudus, yang sebelum penciptaan dunia, dalam hikmatnya sudah mengetahui apa yang akan terjadi antara Ken dan saya." Ken dan Floy terus menemani Rosaria dalam pencariannya yang membawanya kepada pembacaan seluruh Alkitab beberapa kali. "Mereka tidak pernah membalikan punggungnya dan selalu mendukung saya, dan saya bisa melihat buahnya dalam kehidupan saya." Rosaria tadinya sangat aktif dalam kalangan LGBT dan seluruh hidupnya dia berkecimpung di situ. Semua orang tahu bahwa dia membaca Alkitab tadinya untuk menggunakannya sebagai argumen untuk bukunya yang pro-LGBT. Seorang teman waria berkata kepadanya di salah satu makan malam yang dia hadiri: "Saya perlu mengatakan sesuatu kepadamu. Kamu berubah setelah membaca Alkitab. Apa yang terjadi?" Dia menjawab, "Bagaimana jika itu benar? Bagaimana jika Yesus benar-benar bangkit? Bagaimana jika kita salah?" Teman warianya menjawab dengan penuh perasaan. "Dulu saya seorang pendeta selama 15 tahun. Saya telah berdoa kepada Tuhan untuk mengubah saya tetapi Dia tidak pernah melakukannya. Jika kamu mau, saya akan berdoa buat kamu." Rosaria, terkaget, meneruskan penelitiannya dan menemukan bahwa homoseks bukanlah suatu identitas atau jati diri dalam Alkitab melainkan suatu perbuatan. "Jati diri kita menurut Alkitab begitu meyakinkan dan menarik buat saya, bahkan waktu saya masih seorang lesbi. Jati diri yang tertulis di dalamnya begitu kaya dan penuh kasih." Rosaria mulai masuk proses perubahan yang membuatnya tidak mampu lagi meneruskan bukunya yang bertujuan untuk menggoyahkan keberadaan iman kristen dalam masyarakat. Dia mulai berubah. Dia menemukan jati dirinya dalam Kristus. "Orang tidak menyadari bahwa saat seorang pendosa datang kepada Kristus, dia itu seperti kecelakaan kereta api." Dia bergumul di dalam tetapi akhirnya pergi ke gereja Ken dan Floy di mana jemaat yang berdoa baginya selama beberapa tahun menerimanya dengan hangat. Dia mulai menjalani suatu pemulihan. "Yesus telah membawa hidup saya yang tadinya bagaikan reruntuhan... perubahan saya tadinya tidak mungkin. Saya tadinya tidak menginginkan kehilangan semua yang saya cintai. Tetapi Tuhan telah memberikan kepada saya semua cinta-Nya. Dia telah mengalahkan maut dan mengizinkan saja untuk membangun diri saya kembali. Saya telah menerima damai-Nya dan saya menemukan sebuah keluarga rohani." Awalnya Rosaria tidak bisa membayangkan hidup tanpa seks tetapi setelah beberapa saat lamanya, dia mulai menginginkan hidup dengan seks yang benar menurut Alkitab. Setelah sebuah kegagalan, dia bertemu dengan suaminya Kent yang telah menikah dengannya sejak Rosaria berumur 39 tahun. Mereka melayani Tuhan bersama selama lebih dari 10 tahun. Rosaria telah menuliskan keseluruhan kesaksiannya dalam sebuah buku yang berjudul The Secrets Thoughts of an Unlikely Convert.
0 Comments
Your comment will be posted after it is approved.
Leave a Reply. |
Archives
August 2020
Categories
All
|
Not The Same Love is a book about God's redeeming love over homosexuality
Pas Le Même Amour est un livre sur l’amour de Dieu qui nous libère de l’homosexualité
Bukan Cinta Sejenis adalah sebuah buku tentang cinta Tuhan yang membebaskan kita dari homoseks
Il Vero Amore è un libro sull'amore di Dio che ci libera dall'omosessualità